Jumat, 09 Juli 2010

lika-liku cowboy semalam suntuk



Globalisasi sebagai suatu proses mendunia yang ditandai dengan semakin hilangnya batas-batas dunia (a borderlles world: one world, different but never divide), tidak lepas dari perkembangan pemikiran manusia. Perubahan dunia, termasuk masyarakat dan kebudayaannya, menurut Barbara Ward (1960) lebih banyak disebabkan oleh pemikiran dari pada gerakan demontrasi . Pemikiran manusia yang terus mengalir dan disertai dengan inovasi telah mampu merubah dunia dan peradaban manusia, seperti yang kita saksikan sekarang. Menurut Barbara Ward, ada lima pokok pikiran yang merubah dunia, salah satunya adalah globalisasi, yang juga dikenal dengan istilah Westernisasi. Selama ini, globalisasi oleh sebagian masyarakat sering diartikan sebagai gagasan tentang penyeragaman dan standarisasi dunia melalui teknologi, perdagangan dan sinkronisasi budaya dengan budaya yang berasal dari Barat. Selain itu, globalisasi juga sering dihubungkan dengan sifat-sifat modern, dan sifat-sifat modern selama ini selalu dihubungkan dengan budaya Barat. Oleh karena itu, budaya yang berasal dari Barat selalu dianggap sebagai ciri dari masyarakat modern dan global. Cara pandang yang seperti ini telah melanda kepada sebagian generasi muda di Asia. Generasi muda Asia banyak yang telah meninggalkan identitas kulturalnya dan menerima serta mengannggungkan segala yang berasal dari ”Barat”.

Cara pandang yang demikian menurut Roberstone mengandung bahaya, sebab mengarah pada pandangan homoginitas, kesamaan budaya, dengan beranggapan bahwa yang besar itu lebih baik (bigger is better) dan mengabaikan heterogenitas serta yang bersifat lokal. Cara pandang yang demikian juga cenderung mengabaikan dimensi ruang dan waktu. Ada perbedaan antara dimensi ruang dan waktu serta ada perbuahan dalam memendang kedua dimensi tersebut. Pada masyarakat primitif ditandai dengan integrasi dimensi waktu ke dalam dimensi ruang. Peradaban masyarakat ditandai dengan adanya polarisasi ruang, sehingga ada pusat dan pinggir. Pusat dianggap sebagai yang baik, berbudaya, sedangkan pinggir diangap buruk dan tidak berbudaya. Hal tersebutlah yang dimanfaatkan oleh Amerika Serikat dalam memperluas hegemoninya di dunia melalui Westernisasi dengan memanfaatkan MTV sebagai media yang memang menjadi “kiblat” bagi sebagian besar generasi muda di dunia, termasuk di Asia.

Pandangan ini (primititivise, yang lebih mendasarkan pada power) seperti ini menurut Friedman muncul sebagai akibat dari ekspansionisme. Masyarakat Barat yang pada umumnya penjajah, menganggap dirinya lebih beradab dan lebih tinggi dibanding dengan masyarakat di daerah jajahan. Pandangan seperti ini pada awalnya digunakan oleh para penjajah dalam rangka mempertahankan kekuasaannya. Oleh karena itu, jika cara pandang kita masih menganggap bahwa globalisasi ditandai dengan modernisasi, dan modernisasi dipandang sebagai westernisasi maka sebenarnya kita berada pada cara pandang yang primitif. Hal tersebut jarang disadari oleh generasi muda di Asia. Westernisasi yang dilakukan Amerika Serikat melalui MTV telah merubah pola pikir yang cenderung kebarat-baratan. Dapat dikatakan bahwa Westernisasi melalui MTV merupakan cara yang cerdas dan berhasil di kawasan Asia.

MTV berhasil menggunakan pendekatan geokultur dalam ekspansinya ke Asia. Penyebarluasan hegemoni Amerika Serikat melalui MTV telah membuktikan bahwa Amerika Serikat mengaplikasikan teori-teori dalam geopolitik. MTV menyediakan trend yang dijadikan oleh generasi muda sebagai acuan. Sehingga secara tidak langsung pola pikir generasi muda tersebut akan mengarah pada dukungan terhadap Amerika Serikat (Barat). Pada dasarnya, westernisasi atau globalisasi merupakan arus yang tidak dapat ditolak. Mau tidak mau setiap Negara di dunia, termasuk di kawasan Asia akan mengalami proses tersebut. Sebagai mada MTV yang sangat mudah diakses oleh generasi muda di Asia dan digunakan sebagai acuan trend dan gaya hidup. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana westernisasi yang terjadi tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi Negara. Caranya adalah dengan meningkatkan budaya-budaya local. Dengan menjadikan budaya local sebagai sebuah identitas, bukan merupakan trend. Sementara ini MTV hanya menyajikan hasil-hasil budaya yang dijadikan trend dan acuan gaya hidup. Belum sampai taraf menjadikan MTV sebagai identitas. Oleh karena itu, budaya local dapat dijadikan identitas bangsa. Sehingga efek-efek negative dari westernisasi dapat dibendung dan budaya local mendapatkan tempat yang lebih layak di setiap aspek kehidupan. Serta dengan begitu citra sebuah bangsa Asia yang khas juga akan tetap terjaga. Sebagaimana Jepang yang sangat menjunjung tinggi budayanya, bahkan saat ini juga budaya tersebut mampu memberikan counter dengan menjadi acuan di Negara-negara Barat. Bukan tidak mungkin jika Negara-negara di kawasan Asia lainnya dapa melakukan hal yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar