Senin, 17 Mei 2010



Selalu banyak kata awal untuk sebuah kisah seperti “dahulu kala” ,”alkisah”,”disuatu tempat” dan lain-lain,semuanya bisa dipakai dalam awal pembuatan sebuah kisah tapi kisah ini apakah pantas dimulai dari kata-kata itu?Terlalu banyak bagian-bagian kehidupan yang diketahui maupun yang tidak saya ketahui didalamnya.
Akhir seperti makin dekat dengan saya dengan berbagai cara dan jalan semakin banyak terpisah.Saya akan menjadi bentuk yang semakin baru kedepannya, Semuanya sepertinya semakin jelas di dalam otak kita. Akh,sepertinya ingin memulai semuanya dengan segala porsi yang baru tapi mau apa dikata semuanya sepertinya akan berhamburan menjadi serpihan yang menyebalkan untuk dipungut tapi harus saya pungut agar tidak hilang karena banyaknya pelajaran yang saya petik dari kisah ini.
Kemunduran suatu kewibawaan yang arif menjadi kekuasaan yang absolut. Kelam menjadi santapan yang biasa dan selalu terasa pahit. Kilau itu semakin memudar dalam hati berganti menjadi petromaks yang semakin meredup dijajah oleh lampu-lampu ibukota. Lagu-lagu menjadi sosok yang mengurui kadang memabukan bagi saya.
HA…HA…HA seperti tertawa kah saya,memang tertawa dalam gurat kertas kosong bertuliskan kata CINTA.Cinta menjadi buta dalam doktrin mimpi yang selalu saya pikirkan dan menantikan imajinasi itu menjadi kenyataan.Sempat terpikirkan untuk menghabisi diri dengan Racun, Tali, Pisau yang menjadi alat ampuh untuk mengakhiri hidup dalam film-film yang saya tonton.
Berteriak dalam sistem kemaksiatan yang beku oleh adidaya sifat bernama perasaan. Ingin membawanya dalam kawah dan melemparnya biar terbakar dalam lahar. Lepas setelah melewati lembaran-lembaran yang terlihat seperti lelucon murahan. Kebohongan menjadi kunci sukses dalam menghadapinya. Yak,betul racun balas racun saja kan gampang. Walau nurani sepertinya tak setuju menjadikanku seperti ini tapi kemerdekaan sepertinya selalu milik negara ku saja. Perubahanlah yang menjadikan aku berubah. Seperti sosok-sosok idola yang berubah setelah mengenal harta dan ketenaran. Berkubang dalam lumpur sepertinya makin mengasikan walau harus tetap melihat dia tertawa.Biarlah dia tertawa sendiri toh kehidupanku kembali seperti liburan.

1 komentar: